Minggu, 16 Juni 2013

Sejarah Nabi Muhammad SAW

Sejarah Nabi Muhammad SAW

Lagi-lagi sebuah sejarah dilupakan, seakan-
akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin
tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak
boleh dilupakan, karena inilah sebab awal
penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula
14 abad yang lalu di sebuah kota kecil, sebuah
kota yang panas dan tandus yang dipenuhi
dengan penyembahan terhadap kayu-kayu
dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-
apa dan juga disana terdapat sebuah kotak
hitam yang dikelilingi oleh “berhala-berhala”
yang sekarang telah berubah wujud tapi
memiliki wujud “berhala” yang sama.
Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh
manusia zaman itu, ialah sebuah jazirah yang
disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan
haram, perampokan, pembunuhan
bayi,minum-minuman keras, yang
memusnahkan segala kebajikan dan moral
menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini
dalam situasi kemerosotan yang luar biasa.
Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-
kabilah (bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah
sebuah bintang pada malam yang gelap gulita,
sinarnya semakin terang membuat malam
menjadi terang benderang, ia bukan bintang
yang biasa, tapi bintang yang sangat luar
biasa, bahkan matahari di siang haripun
malu menampakkan sinarnya karena bintang
ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke
muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal
dengan Nama Muhammad, menurut
sejarawan bintang ini tepat terlahir tanggal
17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal
menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini
tak pernah padam walaupun 14 abad setelah
ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan
semakin terang, dari bintang ini terlahir 13
bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah
bagi bintang-bintang yang sulit bersinar
lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki
silsilah yang berhubungan langsung dengan
jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS,
yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci
dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan
mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga
Tuhan memerintahkan kepada Para
Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada
Adam, karena cahayanya dibawa oleh
Adam AS untuk disampaikan kepada
maksud, ia adalah rencana Tuhan yang
teramat besar yang langit dan bumi pun tak
kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi
dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa,
dimulai dengan peristiwa padamnya api
“abadi” di kerajaan Persia, hancurnya
sesembahan batu di sana, dan penyerangan
pasukan bergajah untuk menghancurkan
Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi
kiblat baginya dan ummatnya sampai akhir
zaman, namun tentara yang besar ini
dihancurkan oleh burung-burung yang
dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat
(Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan
tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi
kelahiran manusia luar biasa harus juga
didahului peristiwa yang luar biasa.
Muhammad namanya, ayahnya bernama
Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang
tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang
merupakan keturunan Jawara Tauhid
(Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia
hanya untuk membawa nur Muhammad dan
“meletakkannya” ke dalam rahim Aminah,
Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan)
bayi yang kelak menjadi manusia besar.
Setelah lama kepergian sang suami, sang
isteri merasakan kesepian yang amat dalam,
walaupun suaminya selalu berkirim surat.
Namun pada saat lain surat tidak lagi ia
terima, begitu riang hatinya ternyata ia
melihat rombongan dagang suaminya telah
pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak
dilihatnya suaminya, datanglah seseorang
dari rombongan tersebut yang menyampaikan
berita kepada Aminah, mulutnya begitu berat
untuk mengucapkan kata – kata ini kepada
wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap
juga bahwa sang suami telah berpulang ke
hadirat Allah Swt dan dimakamkan di
abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal
ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia
menangis menahan sedih dan tak makan
beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam
mimpinya seorang wanita datang dan
berkata kepadanya agar ia menjaga bayi
dalam janinnya dengan baik – baik. Ia
berulang kali bermimpi bertemu dengan
wanita tersebut yang ternyata adalah
Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam
mimpinya sang wanita mulia ini berkata :
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu
akan menjadi manusia paling mulia sejagat
raya, maka jagalah ia baik – baik hingga
kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini
Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain –
17 tahun), sang bintang kita ini sedang berada
dalam kandungan ibunya, beberapa tahun
kemudian Bunda Sang bintang menyusul
suaminya dan dimakamkan di Abwa juga.
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu
Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi
hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia
pun harus kehilangan kakeknya ketika
umurnya belum lagi menginjak delapan tahun.
Setelah kepergian sang kakek, sang bintang
(Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu
Tholib, seorang putra Abdul Mutholib yang
pertama menyatakan keimanannya kepada
kemenakannya sendiri (Muhammad).
Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh
Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang
gembala, melalui profesi ini beliau
mengarungi beberapa waktu kehidupannya
untuk menjadi “gembala” domba yang lebih
besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan
baginya sebuah jalan dimana hal ini penting
bagi orang yang akan berjuang melawan
orang-orang hina yang berpikiran sampai
menyembah aneka batu dan pohon, ilahi
menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah
kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada
penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi
berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi
gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.”
Orang bertanya kepada Nabi,” Apakah
Anda juga pernah menjadi gembala?” Beliau
menjawab,” Ya. Selama beberapa waktu saya
menggembalakan domba orang Mekah di
daerah Qararit.”
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan
orang yang teramat kaya, belum lagi ia
dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah
kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai
tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan
oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua
orang tuanya sedangkan dia sendiri masih
membutuhkan naungan kedua orang tua dan
kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke
jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat
melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad
terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal
dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi,
keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di
masyarakat sebagai “orang jujur” (al-Amin),
ia menjadi salah seorang kafilah dagang
Khodijah yang terpercaya dan Khodijah
memberikan dua kali lipat dibandingkan yang
diberikannya kepada orang lain. Kafilah
Quraisy, termasuk barang dagangan
Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di
tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk
laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih
banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke
Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang
melewati negeri ‘Ad dan Tsamud.
Keheningan kematian yang menimpa kaum
pembangkang itu mengundang perhatian sang
bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah,
berkata kepada sang Bintang, “Alangkah
baiknya jika Anda memasuki Mekah
mendahului kami dan mengabarkan kepada
Khodijah tentang perdagangan dan
keuntungan besar yang kita dapatkan.” Nabi
tiba di Mekah ketika Khodijah sedang
duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun
dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi
menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-
hal menyangkut barang dagangan. Maisarah
menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-
Amin selama perjalanan dan perdagangan.
Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-
Amin duduk di bawah pohon untuk
istirahat. Seorang pendeta, yang sedang
duduk di biaranya, kebetulan melihatnya. Ia
datang seraya menanyakan namanya kepada
saya, kemudian ia berkata, ‘Orang yang
duduk di bawah naungan pohon itu adalah
nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak
kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang
didengarnya dari Maisarah kepada
Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia.
Waraqah mengatakan, “Orang yang
memiliki sifat-sifat itu adalah nabi
berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang
menyampaikan lamaran Khadijah kepada
Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai
berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan terus terang,
apa sesungguhnya yang menjadi penghalang
bagimu untuk memasuki kehidupan rumah
tangga? Kukira usiamu sudah cukup
dewasa!” Apakah anda akan menyambut
dengan senang hati jika saya mengundang
Anda kepada kecantikan, kekayaan,
keanggunan, dan kehormatan ?” Nabi
menjawab,”Apa maksud Anda?” Ia lalu
menyebut Khodijah. Nabi lalu berkata,”
Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal
dunia saya dan dunianya jauh berbeda?”
Nafsiah berujar “Saya mendapat
kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia
setuju. Anda perlu menetapkan tanggal
perkawinan agar walinya (‘Amar bin Asad)
dapat mendampingi Anda beserta handai
tolan Anda, dan upacara perkawinan dan
perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal
ini kepada pamannya yang mulia, Abu
Tholib. Pesta yang agung pun
diselenggarakan, sang paman yang mulia ini
menyampaikan pidato, mengaitkannya
dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang
keponakannya, ia berkata demikian,
“Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah
lebih utama daripada siapapun di kalangan
Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan
adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul
dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan
mengatakan sambutannya, “Tak ada orang
Quraisy yang membantah kelebihan Anda.
Kami sangat ingin memegang tali
kebangsawanan Anda.” Upacara pun
dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat
puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh
ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia
mempunyai seorang istri yang begitu lengkap
kemuliaannya, dari perkawinan ini
Khodijah melahirkan enam orang anak, dua
putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil
At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang
putrinya masing-masing Ruqayyah,
Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah.
Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum
Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak
35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari
gunung ke Ka’bah. Akibatnya, tak satu pun
rumah di Makah selamat dari kerusakan.
Dinding ka’bah mengalami kerusakan.
Orang Quraisy memutuskan untuk
membangun Ka’bah tapi takut
membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang
pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut.
Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah
menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika
ternyata Walid tidak menjadi sasaran
kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa
tindakannya telah mendapatkan persetujuan
Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung
meruntuhkan bangunan itu. Pada saat
pembangunan kembali ka’bah, diberitahukan
pada semua pihak sebagai berikut, “Dalam
pembangunan kembali Ka’bah, yang
dinafkahkan hanyalah kekayaan yang
diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh
lewat cara-cara haram atau melalui suap
dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk
tujuan ini.” Terlihat bahwa ini adalah
ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui
tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak
halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan
hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di
Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya
mengetahui tentang halal dan haramnya suatu
harta kekayaan atau pun perbuatan yang
salah dan benar, tapi mereka masih saja
melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu
adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah,
ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam
batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk
pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya.
Pada tahap ini, muncul perselisihan di
kalangan pemimpin suku. Masing-masing
suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain
yang pantas melakukan perbuatan yang mulia
ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini,
maka pekerjaan konstruksi tertunda lima
hari. Masalah mencapai tahap kritis,
akhirnya seorang tua yang disegani di antara
Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah
Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin
Quraisy seraya berkata,”Terimalah sebagai
wasit orang pertama yang masuk melalui
Pintu Shafa.” (buku lain mencatat Bab as-
salam). Semua menyetujui gagasan ini.
Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu.
Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad,
al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!”
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi
meminta mereka menyediakan selembar kain.
Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas
kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian
meminta tiap orang dari empat sesepuh
Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke
dekat pilar, Nabi meletakkannya pada
tempatnya dengan tangannya sendiri.
Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri
pertikaian Quraisy yang hampir pecah
menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat
konsep tentang semua ini, tanda-tanda
seorang bintang telah banyak ia tampakkan
pada diri Muhammad, dari batinnya yang
mulia sampai pada bentuk lahirnya yang
indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam
Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia
sempurna, dalam wujud lahiriah
(penampakan), maupun batinnya. Tidak
setitik cela apalagi kesalahan selama
hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar
telah mengonsepnya menjadi manusia ‘ilahi’.
Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat
Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai
manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum
pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad
selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan,
dan mengkajinya secara mendalam, terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan
ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau
selalu melakukan telaah mendalam terhadap
langit, bumi dan isinya. Beliau selalu
mengamati masyarakatnya yang rusak, dan
hancur, beliau mempunyai tugas untuk
menghancurkan segala bentuk pemberhalaan.
Apalah kiranya yang membuat
masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan
semua ini kepada Tuhan, yang menurutnya
tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai
kurang lebih setengah jam, gua ini adalah
saksi atas peristiwa menyangkut “sahabat
karib”-nya (Muhammad), gua ini menjadi
saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan
ia ingin berkata,” disinilah dulu anak
Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-
sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul,
disinilah Al-Furqon pertama kali
dibacakan, wahai manusia, bukankah aku
telah mengatakannya, kalianlah (manusia)
yang tak mau menengarkannya, kalian
menutup telinga kalian rapat-rapat, dan
menertawakanku, sedangkan sebagian dari
kalian hanya menjadikan aku sebagai
museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan
Yang Maha Sakti, kalimat yang membuat
iblis berputus asa untuk menyesatkan
manusia, kalimat yang dengannya alam
semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan
kalimatnya yang mengandung makna yang
banyak telah membuat tercengang manusia-
manusia manapun di jagat raya, yang
mengakui kebenarannya, akan mengikutinya,
sedangkan yang tidak mengakuinya harus
tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka
yang menolak, dengan cara apapun akan sia-
sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus)
diutus Tuhan semesta Alam, Sang Pemilik
Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya
secara berangsur-angsur kepada Al-amin
yang berada di Gunung Hira’. Al-Amin
telah mempersiapkan dirinya selama empat
puluh tahun untuk memikul tugas yang maha
berat ini, Jibril datang kepadanya dengan
membawa beberapa kalimat dari Tuhannya.
Ialah kalimat pertama yang dikemukakan
dalam Al-qur’an sebagai berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling
Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang
program Nabi, dan menyatakan dalam
istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya
diberikan dengan pengkajian, pengetahuan,
kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia,
ancaman, dan perintah merupakan manusia
teladan sepanjang masa, ia adalah manusia
dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang
kepadanya ummat manusia memohonkan
syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang
mencapai kesempurnaan yang dicapai
Muhammad, sejak kecil ia telah
memperlihatkan ketulusan, kejujuran,
manusia yang seumur hidupnya tidak pernah
berbohong, yang tidak pernah menghianati
janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya
menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad
pun turun dari Gua Hira menuju rumah
“Khodijah”. Jiwa agung Nabi disinari
cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya
apa yang didengarnya dari malaikat Jibril.
Setelah kejadian ini, Jibril
menyapanya,”Wahai Muhammad! Engkau
Rosul Allah dan aku Jibril”. Muhammad
menerima kalimat Tuhannya secara
bertahap, secara berangsur-angsur, fakta
sejarah mengakui bahwa di antara wanita,
Khodijah adalah wanita yang pertama
memeluk Islam, dan pria pertama yang
memeluk Islam adalah ‘Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan
dengan kerabatnya, selesai makan, beliau
berpaling kepada para sesepuh keluarganya
dan memulai pembicaraan dengan memuji
Allah dan memaklumkan keesaan-Nya. Lalu
beliau berkata,” Sesungguhnya, pemandu
suatu kaum tak pernah berdusta kepada
kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang
tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus
oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya
kepada Anda sekalian dan umumnya kepada
seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya!
Anda sekalian akan mati. Sesudah itu,
seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut
amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah
yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-
Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat
jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada
manusia yang pernah membawa kebaikan
untuk kaumnya ketimbang apa yang saya
bawakan untuk Anda. Saya membawakan
kepada Anda rahmat dunia maupun
Akhirat. Tuhan saya memerintahkan kepada
saya untuk mengajak Anda kepada-Nya.
Siapakah diantara Anda sekalian yang akan
menjadi pendukung saya sehingga ia akan
menjadi saudara, washi (penerima wasiat),
dan khalifah (pengganti) saya?”.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini,
kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali,
remaja berusia lima belas tahun, memecahkan
kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata
dengan mantap,” Wahai Nabi Allah, saya
siap mendukung Anda.” Nabi menyuruhnya
duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya,
tapi tak ada yang menyambut kecuali ‘Ali
yang terus melontarkan jawaban yang sama.
Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya
seraya berkata,” Pemuda ini adalah saudara,
washi, dan khalifah saya diantara kalian.
Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di
hari-hari awal kenabian Muhammad
memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini
berkaitan satu sama lain. Ketika Rosulullah
diperkenalkan kepada masyarakat,
khalifahnya juga ditunjuk dan diperkenalkan
pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya
menunjukkan bahwa kenabian dan imamah
merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme
spiritual dan kebenaran ‘Ali. Karena, dalam
pertemuan di mana orang-orang tua dan
berpengalaman tenggelam dalam keraguan
dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan
pengabdian dengan keberanian sempurna dan
mengungkapkan permusuhannya terhadap
musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi
yang mengangkat diri sendiri. Kendati
waktu itu ia yang termuda diantara yang
hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi
telah menyiapkan pikirannya untuk
menerima kenyataan, sementara para sesepuh
bangsa ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya,
Nabi berdakwah terang-terangan kepada
kaum Quraisy. Muhammad, berbekal
kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan
keuletan dalam berdakwah terus-menerus
dan tidak menghiraukan orang-orang musrik
yang terus menghardik dan mengejeknya.
Banyak yang cara yang dilakukan kaum
Quraisy untuk menghentikan Muhammad,
suatu saat Abu Tholib sedang duduk bersama
keponakannya. Juru bicara rombongan yang
mendatangi rumah Abu Tholib membuka
pembicaraan dengan berkata,” Wahai Abu
Tholib! Muhammad mencerai-beraikan
barisan kita dan menciptakan perselisihan
diantara kita. Ia merendahkan kita dan
mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia
melakukan itu karena kemiskinan dan
kepapaannya, kami siap menyerahkan harta
berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan
kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti
perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan
pengobatan, kami akan membawakan tabib
ahli untuk merawatnya…”.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya
berkata,“ Para sesepuh anda datang untuk
meminta Anda berhenti mengkritik berhala
supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.”
Nabi menjawab,” Saya tidak menginginkan
apa pun dari mereka. Bertentangan dengan
empat tawaran itu, mereka harus menerima
satu kata dari saya, yang dengan itu mereka
dapat memerintah bangsa Arab dan
menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut
mereka.” Abu Jahal bangkit sambil berkata,
“ Kami siap sepuluh kali untuk
mendengarnya.” Nabi menjawab,” Kalian
harus mengakui keesaan Tuhan.” Kata-kata
tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin
ditumpahkan ke ceret panas. Mereka
demikian heran, kecewa, dan putus asa
sehingga serentak mereka berkata,” Haruskah
kita mengabaikan 360 Tuhan dan
menyembah kepada satu Allah saja?”
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu
Tholib dengan wajah dan mata terbakar
kemarahan. Mereka terus memikirkan cara
untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat
berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka
kedatangan seorang pemberi peringatan dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata,’Ini adalah seorang ahli sihir yang
banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan
tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal
yang sangat mengherankan.’ Dan pergilah
pemimpin-pemimpin mereka [seraya
berkata], ‘Pergilah kamu dan tetaplah
[menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam
agama yang terakhir ini; ini(mengesakan
Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-
adakan.”
Banyak sekali contoh penganiayaan dan
penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi
menghadapi penganiayaan baru. Misalnya,
suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat
Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia
menjerat leher Nabi dengan serbannya dan
menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa
orang datang membebaskan Nabi karena
takut kepada Bani Hasyim. Dan masih
banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin
terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati
beliau mendapat dukungan dan lindungan
Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya
budak wanita dan – pria serta beberapa
orang tak terlindung. Para pemimpin
Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-
menerus , para pemimpin terkemuka berbagai
suku menyiksa anggota suku mereka sendiri
yang memeluk Islam. Maka ketika para
sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut
hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan
lebih mantap. Penguasanya kuat dan adil,
dan tak ada orang yang ditindas di sana.
Tanah negeri itu baik dan bersih, dan Anda
boleh tinggal di sana sampai Allah menolong
Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal
untuk menghancurkan Muhammad, maka
mereka melakukan propaganda anti
Muhammad, diantaranya mereka memfitnah
Nabi, Bersikeras menjuluki Nabi Gila,
larangan mendengarkan Al-Qur’an,
menghalangi orang masuk Islam, sehingga
Allah mengabadikan perkataan orang-orang
keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan
mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang
datang kepada orang-orang yang sebelum
mereka selain mengatakan,’ Ia adalah
seorang tukang sihir atau orang gila.’ Apakah
mereka saling berpesan tentang apa yang
dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah
kaum yang melampaui batas.”
Kaum Quraisy pun gagal melakukan
berbagai macam cara untuk menghalangi
usaha Muhammad, dan menghalangi orang-
orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang
Esa. Mereka pun melakukan Blokade
ekonomi yang membuat banyak kaum muslim,
terutama kaum wanita dan anak-anak
kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk
ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti
pendamping hidupnya, Khodijah, dengan
membawa serta Fatimah AS. Orang-
orang Quraisy mengepung mereka di Syi’ib
itu selama tiga tahun. Dan akhirnya tahun-
tahun blokade itu pun berakhir. Dan
keluarlah sang bintang bersama keluarga dan
sahabatnya dari pengepungan. Allah telah
menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari
pengepungan dalam keadaan amat berat dan
menderita, Beliau telah hidup dengan
kehidupan yang menjadi teladan Istimewa
bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah
sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk
mendampingi Rosulullah Saww., dan dia
telah berhasil menunaikan tugas dengan baik.
Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu
juga. Yakni, pada saat kaum Muslim keluar
dari blokade orang-orang Quraisy, tahun
kesepuluh sesudah Kenabian. Pada tahun
yang sama, paman Rosul (Abu Tholib)
meninggal dunia, yang sekaligus sebagai
pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi
mengalami kesedihan yang amat berat.
Beliau kehilangan Khodijah, dan juga
pamannya yang menjadi pelindung, dan
pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini
dinamakan ‘Am Al-Huzn (Tahun Duka
cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul
hatinya, Fatimah, yang belum kenyang
mengenyam kasih sayang seorang ibu dan
kelembutan belaiannya, ikut pula
menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan
menindihnya di tahun penuh kesedihan
itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah
dari orang yang menjadi sumber cintanya
dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya
kepada ayahandanya,” Ayah, kemana Ibu?”
Kalau sudah begini, tangisnya pecah, air
matanya meleleh, dan kesedihan menerpa
hatinya. Rosul merasakan betapa berat
kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah
wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy
semakin berani menganggu Muhammad,
akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib,
peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib,
merupakan momen awal dari lahirnya
negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia
memikul tanggung jawab bagi keselamatan
Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini,
saat hijrahnya Nabi terjadi, tak ada seorang
muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali
Nabi, ‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir
orang yang ditahan Quraisy atau karena
sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah
akhirnya membuat kesepakatan untuk
membunuh Muhammad di malam hari, dan
masing-masing suku mempunyai wakil,
sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut
balas atas kematian Muhammad. Orang-
orang ini memang bodoh, mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya
dengan cara seperti ini, seperti urusan
duniawi mereka. Jibril datang memberitahu
Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu.
Al-Qur’an merujuk pada kejadian itu
dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan
Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang
mengerikan demi keselamatan Islam
menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan
orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak
muda yang begitu berani mengorbankan
nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang
bersama Khodijah adalah orang yang
pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah
orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali,
sekali lagi ‘Ali. Kepadanya Nabi
berkata,”Tidurlah di ranjang saya malam ini
dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau
yang biasa saya gunakan, karena musuh telah
bersekongkol membunuh saya. Saya harus
berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati ranjang
Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam
lewat, empat puluh orang mengepung rumah
nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka
melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan
menyangka bahwa orang yang sedang tidur di
kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar
tampak di kalangan musyrik itu. Mereka
begitu yakin akan segera berhasil. Dengan
pedang terhunus mereka memasuki kamar
Nabi, yang menimbulkan suara gaduh.
Serentak ‘Ali mengangkat kepalanya dari
bantal dan menyingkirkan selimutnya lalu
berkata dengan sangat tenag,”Apa yang
terjadi ?” Mereka menjawab,”Kami mencari
Muhammad. Di mana dia?” ’Ali berkata,”
Apakah anda menitipkannya kepada saya
sehingga saya harus menyerahkannya kembali
kepada Anda? Bagaimanapun, sekarang ia
tak ada di rumah.” Muhammad telah pergi
jauh di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul
Awwal, dan tinggal di rumah Ummu
Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah
Muhajirin dan Ansor sedang menunggu
kedatangan Nabi. Beliau tinggal di situ
sampai akhir pekan. Sebagian orang
mendesak agar beliau segera berangkat ke
Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan
‘Ali. Orang Quraisy mengetahui hijrahnya
‘Ali dan rombongannya – diantaranya ialah
Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad
dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul
Mutholib – karena itu, mereka memburunya
dan berhadap-hadapan dengan dia di daerah
Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali
berkata “Barangsiapa menghendaki tubuhnya
terpotong-potong dan darahnya tumpah,
majulah! Tanda marah nampak di
wajahnya. Orang-orang Quraisy yang
merasa bahwa masalah telah menjadi serius,
mengambil sikap damai dan berbalik pulang.”
Ketika ‘Ali tiba di Quba, kakinya berdarah,
dikarenakan menempuh perjalanan Makah
Madinah dengan berjalan kaki. Nabi
dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak
mampu menghadap beliau. Segera nabi ke
tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika
melihat kaki ‘Ali membengkak, air mata
Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti
menjadi nama Madinah - menyambut
kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan
berbagai macam syair untuk menyambut
manusia mulia ini. Disinilah manifestasi
sebuah negara Islam pertama kali didirikan.
Muhammad menyusun kekuatannya di
Madinah bersama keluarga dan sahabat
setianya yang rela meninggalkan tanah air
dan hartanya untuk Tuhannya, islam yang
muda ini menyusun kekuatan untuk
menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang
setiap saat siap untuk menghancurkan Islam
yang dibangun ini, perang demi perang mulai
dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap
perang tampillah Al-Washi Muhammad
yang selalu menjadi pemberi moral kepada
pasukan untuk menghancurkan kafir Quraisy
dengan Iman yang membara. Pada perang
Badar ‘al-washi (‘Ali) dan Hamzah tampil
menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam
sepucuk suratnya kepada Muawiyah, ‘Ali
mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang
saya yang saya gunakan untuk membereskan
kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari
Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari
pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara
Anda (Hanzalah) masih ada pada saya.
Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi
Hamzah dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali
adalah pembawa panji dalam setiap
peperangan. Nabi mengungkapkan nilai
pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit) –
disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar
bin ‘Abdiwad itu,” Nilai pengorbanan itu
melebihi segala perbuatan baik para
pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan
jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim
menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi
aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum
muslim mengendur dan merasa tidak mampu
untuk menghancurkan benteng Khaibar,
orang-orang menunggu dengan gelisah dan
ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar
dan Umar tidak ada yang mampu
menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar
memuji keberanian pemimpin benteng,
Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi
dan para komandan Islam kecewa atas
pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu
dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata
Nabi,” Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan
kepada beliau bahwa ‘Ali menderita sakit
mata dan sedang beristirahat di suatu pojok.
Nabi bersabda,” Panggil dia.” ‘Ali diangkut
dengan unta dan diturunkan di depan kemah
Nabi.” Pernyataan ini menunjukkan sakit
matanya demikian serius sampai tak mampu
berjalan. Nabi menggosokkan tangannya ke
mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali
langsung sembuh dan tak pernah sakit lagi
sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan
‘Ali maju, menurut riwayat pintu benteng
Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60
inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah
pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari
‘Ali melalui jalur khusus,” Saya mencabut
pintu Khaibar dan menggunakannya sebagai
perisai. Seusai pertempuran, saya
menggunakannya sebagai jembatan pada parit
yang digali kaum Yahudi.” Seseorang
bertanya kepadanya,” Apakah Anda
merasakan beratnya?” ‘Ali menjawab,”
Saya merasakannya sama berat dengan
perisai saya.” Masih banyak lagi peristiwa-
peristiwa lain selain peperangan untuk
melawan kebejatan kaum kafir Quraisy,
banyak juga peristiwa yang menggembirakan,
misalnya peristiwa pernikahan al-Washi
dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat
dari Bait al-Maqdis ke Ka’bah di Makah.
Selain serangan dari luar Kota Madinah,
kaum Yahudi yang berada di dalam kota
selalu mencoba melakukan rongrongan
terhadap pemerintahan Islam yang masih
muda ini, namun Sang Maha Konsep telah
menentukan Drama yang berbeda, walaupun
mereka mencoba memadamkan nur cahaya-
Nya, namun Ia terus menerangi Nur
Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir
itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian
Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang
Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan
perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan
pasukan besar yang belum pernah disaksikan
kehebatannya selama ini. Ketika pasukan
telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun
menyampaikan bahwa sasarannya adalah
Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi
kawanan burung menuju arah selatan. Nabi
memerintahkan kepada pasukannya yang
berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri,
dan menyalakan api unggun di malam hari
agar pasukan musuh melihat betapa besar
pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah
yang terletak di punggung Mekah, kaum
muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari
kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat
arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari
empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan
pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak
lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun,
digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit
Muslim yang menggema yang seakan-akan
sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu
berada dalam perutnya dalam keadaan
terusir yang kini telah berdiri tegap dengan
gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut
dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf,
menghancurkan berhala-berhala bersama al-
Washi, tidak ada darah yang tertumpah.
Orang-orang Quraisy yang berada di
Makkah menunggu bibir Muhammad berucap
tentang mereka, apakah yang akan terjadi
pada mereka, namun bibir itu begitu mulia
untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan
kepada mereka yang telah memeranginya
pengampunan dan beliau berkata “...
Pergilah, Anda semua adalah orang-orang
yang dibebaskan!”
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah
membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di
depan kehidupannya yang sarat dengan
berbagai peristiwa dan yang ditangannya
tergenggam masa depan yang gemilang.
Selama dua puluh tahun penggembalaannya
tak pernah henti, ia tak pernah merasakan
letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah
menyerah. Orang –orang Quraisy berdesak-
desakkan di bukit Shafa untuk memberikan
Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada
beberapa peperangan besar berlanjut – semasa
hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-
Washi tampil dengan gagah perkasa dalam
peperangan ini, sesudah membuat kocar-
kacir musuh, al-washi segera menghambur
untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari
Nabi, dan menghambur membabat musuh
untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang
lain menemui prajurit musuh yang lari dan
menghadang kejaran musuh. Sesudah itu
kembali memutari Nabi. Nabi memanggil
sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “
Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?”
Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-
Ridwan! Wahai, orang-orang yang
kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah!
Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah
pohon...! orang-orang Madinah yang gagah
berani segera sadar akan diri mereka! Dan
ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah
tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil
mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua
ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya.
Mereka segera menghambur ke arah Nabi
menyambut panggilannya dengan, “ Labbaik,
Labbaik... Kami datang, kami datang...!”
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad
dalam menyampaikan risalah agungnya telah
selesai, dan kini – tidak bisa – tidak di harus
melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya,
mengingat dan mengenang kembali pelajaran
yang telah diberikannya selama dua puluh
tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan
menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi
dan kaum Muslimin tanpa ada seorang
musrik pun yang ikut didalamnya, untuk
pertama kalinya pula, lebih dari 10.000
orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke
Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir
yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji
meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya,
menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang
Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang
terisi gema suara mereka yang
mengucapkan,” Labbaik, Allahumma labaik...
Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang
memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya
Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku
datang memenuhi panggilan-Mu. Segala
puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya
bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...
Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-
Mu...” Langit, hingga hari itu, belum pernah
menyaksikan pemandangan di muka bumi
seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari
100.000 orang, laki-laki dan perempuan –
dibawah sengatan Matahari yang amat terik
dan di padang pasir yang sebelumnya tak
pernah dikenal orang – bergerak menuju satu
arah. Medan ini merupakan lukisan paling
indah dari satu warna yang menghiasi
kehidupan manusia. Dan sejarah, adalah
kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian
terhadap kepentingan-kepentingan. Ia
adalah tukang cerita yang membacakan
hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan
Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad
dan orang-orang yang bergerak bersamanya
dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa
ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan
pengikut-pengikutnya pun demikian pula.
Nabi memang berjalan kaki bersama
umatnya. Sejarah memang mendengar
bahwa “penguasa” itu berada di tengah-
tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-
carinya, dia tak bisa menemukannya.
Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah,
disitu telah berkumpul Allah, Ibrahim,
Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin
memperlihatkan kepada Ibrahim, bahwa
karya besarnya, kita sudah diantarkan
kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu.
Seakan-akan ia menumpahkan seluruh
cahayannya yang memakar ke atas kepala
semua orang. Nabi berdiri di depan lebih
dari 100.000 orang. Laki-laki dan
perempuan yang mengelilinginya. Nabi
memulai pidatonya, Rosulullah
berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini ?”
Mereka serentak menjawab,”Bulan
Haram!” .....
...” Ayyuhan Nas, camkan baik-baik
perkataanku. Sebab, aku tidak tahu,
mungkin aku tidak lagi akan bertemu dengan
kalian sesudah tahun ini, di tempat ini,
untuk selama-lamanya... Ayyuhan Nas,
sesungguhnya darah dan hartamu adalah
haram bagimu hingga kalian menemui
Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari
dan bulanmu ini. Sesudah itu, kamu sekalian
akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang
amal-amalmu. Sungguh, aku telah
sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang
masih mempunyai amanat, hendaknya segera
disampaikan kepada orang yang berhak
menerimanya.....”
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari
Mekah, dan Mekah menjadi sebuah kota suci
bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya
muslimin dari seluruh penjuru dunia, dengan
menggunakan pakaian yang sama, menuju
Tuhannya, tidak ada perbedaan, baik kaya,
miskin, raja, rakyat, semuanya sama
dihadapan Tuhan, yang membedakannya
adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya,
dan sekarang beliau berada di pembaringan,
Nabi membuka mata seraya berkata kepada
putrinya dengan suara pelan “Muhammad
tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rosul.
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
akan berbalik ke belakang? Barangsiapa
berpaling ke belakang, maka tidak akan
mendatangkan mudarat kepada Allah
sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar